
Judul | regionalisasi dan mapping risiko kesehatan di daerah industri; (studi kasus di Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto) / Naniek Lely Pratiwi. |
Pengarang | Naniek Lely Pratiwi |
Penerbitan | Surabaya Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Kementrian Kesehatan R.I. 2014 |
Deskripsi Fisik | xiii,75 lembar; 29 cm |
Subjek | - |
Abstrak | Implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah dimulai sejak tahun 2011. Meskipun masih dalam fase pertama (2011-2015) yang lebih difokuskan pada pembentukan dan operasionalisasi institusi pelaksana serta penyusunan rencana aksi, namun antisipasi dampak dari pengembangan potensi ekonomi telah dipersiapkan sejak dini, khususnya risiko gangguan kesehatan di wilayah koridor pengembangan ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kewilayahan (spasial) dalam bentuk peta tematik. Lokasi penelitian di Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Ketiga daerah tersebut memiliki kawasan industri yang cukup luas dan merupakan daerah penyangga Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan data tahun 2013. Sumber data adalah dari BPS, yaitu Jatim dalam angka, BPS Gresik dalam angka, BPS Sidoarjo dalam angka dan BPS Mojokerto dalam angka. Serta sumber lain yaitu Laporan Tahunan (profil) Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Prevalensi diare tahun 2013, di Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto, berturut-turut adalah 4,33; 3,98; dan 4,73. Pola diare di Gresik dan Sidoarjo mengelompok antar kecamatan, sedangkan untuk Mojokerto menyebar. Prevalensi tubercolusis di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto, berturut-turut adalah 0,07, 0,03 dan 0,09, dengan pola mengelompok antar kecamatan. Tedapat perbedaan hubungan risiko kepadatan industri terhadap penyakit di Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Tingkat kepadatan industri di Kabupaten Gresik selama rentang tahun 2009 s/d 2013, seringkali berhubungan positif signifikan dengan prevalensi diare dan tubercolusis. Tingkat kepadatan industri di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2009 s/d 2013 tidak berhubungan bermakna dengan prevalensi diare dan tubercolusis. Sedangkan di Kabupaten Mojokerto hanya tubercolusis yang berhubungan bermakna dengan rasio kepadatan industri. [Lokal Konten-Jawa Timur (1)] |
Catatan | Bibliografi: lembar 45 |
No Barcode | No. Panggil | Akses | Lokasi | Ketersediaan |
---|---|---|---|---|
00000223083 | CB[G]-D13/2014-275[1] | Baca di tempat | DISPERPUSIP JATIM - Ruang Deposit | Tersedia |
Tag | Ind1 | Ind2 | Isi |
001 | INLIS000000000012919 | ||
005 | 20160422122630.0 | ||
006 | |||
007 | |||
008 | |||
035 | 0010-041600000000346 | ||
040 | # | # | $a JIPDSUR |
082 | # | # | $a - |
090 | # | # | $a CB[G]-D13/2014-275[1] |
100 | # | # | $a Naniek Lely Pratiwi |
245 | # | # | $a regionalisasi dan mapping risiko kesehatan di daerah industri; (studi kasus di Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto) / Naniek Lely Pratiwi. |
260 | # | # | $a Surabaya $b Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Kementrian Kesehatan R.I. $c 2014 |
300 | # | # | $a xiii,75 lembar; 29 cm |
504 | # | # | $a Bibliografi: lembar 45 |
520 | # | # | $a Implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah dimulai sejak tahun 2011. Meskipun masih dalam fase pertama (2011-2015) yang lebih difokuskan pada pembentukan dan operasionalisasi institusi pelaksana serta penyusunan rencana aksi, namun antisipasi dampak dari pengembangan potensi ekonomi telah dipersiapkan sejak dini, khususnya risiko gangguan kesehatan di wilayah koridor pengembangan ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kewilayahan (spasial) dalam bentuk peta tematik. Lokasi penelitian di Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Ketiga daerah tersebut memiliki kawasan industri yang cukup luas dan merupakan daerah penyangga Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan data tahun 2013. Sumber data adalah dari BPS, yaitu Jatim dalam angka, BPS Gresik dalam angka, BPS Sidoarjo dalam angka dan BPS Mojokerto dalam angka. Serta sumber lain yaitu Laporan Tahunan (profil) Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Prevalensi diare tahun 2013, di Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto, berturut-turut adalah 4,33; 3,98; dan 4,73. Pola diare di Gresik dan Sidoarjo mengelompok antar kecamatan, sedangkan untuk Mojokerto menyebar. Prevalensi tubercolusis di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto, berturut-turut adalah 0,07, 0,03 dan 0,09, dengan pola mengelompok antar kecamatan. Tedapat perbedaan hubungan risiko kepadatan industri terhadap penyakit di Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Tingkat kepadatan industri di Kabupaten Gresik selama rentang tahun 2009 s/d 2013, seringkali berhubungan positif signifikan dengan prevalensi diare dan tubercolusis. Tingkat kepadatan industri di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2009 s/d 2013 tidak berhubungan bermakna dengan prevalensi diare dan tubercolusis. Sedangkan di Kabupaten Mojokerto hanya tubercolusis yang berhubungan bermakna dengan rasio kepadatan industri. |
520 | # | # | $a [Lokal Konten-Jawa Timur (1)] |
650 | # | # | $a - |
850 | # | # | $a JIPDSUR |
852 | # | # | $a JIPDSUR |
990 | # | # | $a C |
999 | # | # | $a CB[G]-D13/2014-275/23.273-2016 |
Content Unduh katalog
Karya Terkait :