Cite This        Tampung        Export Record
Judul Imunomodulator polisakarida krestin dari ekstrak coriolus versicolor pada infeksi bakteri ekstraseluler dan intraseluler : laporan akhir penelitian unggulan perguruan tinggi tahun anggaran 2015 / Dr. Sri Puji Astuti Wahyuningsih Dra., M.Si., Win Darmanto., Dra. Listiyani Suhargo Dra, M.Si
Pengarang Sri Puji Astuti Wahyuningsih
Win Darmanto
Penerbitan Surabaya : Lembaga Penelitian dan Inovasi Universitas Airlangga, 2016
Deskripsi Fisik ix, 95 hlm. :ilus. ;29 cm.
Subjek JAMUR
Abstrak Imunomodulator merupakan bahan yang dapat memperbaiki fungsi komponen sistem imun dan menekan sistem imun bila fungsinya berlebihan. Salah satu bahan yang berpotensi sebagai imunomodulator adalah jamur kayu C. vsrsicolor. Jamur tersebut mengandung bahan aktif yang tersusun dari polisakarida terikat protein yang dikenal sebagai polisakarida krestin (PSK). Tujuan khusus tahun pertama adalah mengkaji aktivitas polisakarida krestin yang dilihat dari respon imun non spesifik dan spesifik diinfeksi 3 bakteri ekstraseluler (Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa). Mencit diinfeksi bakteri ekstraseluler untuk mencari mekanisme penurunan imunitas atau hipersensitivitas. Pemberian PSK pada mencit sebelum dan atau setelah infeksi bakteri ekstraseluler diharapkan mampu mengembalikan, memperkuat atau regulator respon imun. Hewan coba adalah mencit betina, strain Balb/C, umur 6-8 minggu. Ada 6 kelompok perlakuan: 1) kontrol, 2) kontrol positif, 3) kontrol negatif, 4) PSK diberikan sebelum infeksi, 5) PSK diberikan sesudah infeksi, dan 6) PSK diberikan sebelum dan sesudah infeksi. PSK diberikan selama 7 hari secara gavage. Infeksi bakteri ekstraseluler dilakukan 2 kali dengan selang waktu 2 minggu. Satu minggu setelah perlakuan terakhir diukur berat organ penting (hati, limpa, dan paru-paru), kondisi respon imun non spesifik, dan spesifik baik respon imun seluler maupun humoral. Parameter respon imun non spesifik adalah jumlah leukosit dan fagosit, aktivitas fagositosis. Parameter respon imun spesifik adalah titer antibodi dan konsentrasi sitokin (IL-17 dan IL-23) Data dianalisis dengan Anava dan jika ada perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan pada a = 5%. Hasil penelitian adalah (1) perbedaan waktu pemberian PSK tidak berpengaruh pada berat hati, limpa dan paru-paru akibat infeksi bakteri ekstraseluler. (2) Perbedaan waktu pemberian PSK tidak berpengaruh pada jumlah leukosit dan fagosit akibat infeksi bakteri ekstraseluler. Pemberian PSK tanpa infeksi meningkatkan jumlah fagosit. (3) Perbedaan waktu pemberian PSK berpengaruh pada aktivitas fagositosis akibat infeksi bakteri ekstraseluler. Pemberian PSK sebelum atau sesudah infeksi K. pneumoniae meningkatkan aktivitas fagositosis. Pemberian PSK sebelum dan sesudah infeksi P. aeruginosa meningkatkan aktivitas fagositosis. Pemberian PSK sesudah, serta sebelum dan sesudah infeksi S. aureus meningkatkan aktivitas fagositosis. (4) Perbedaan waktu pemberian PSK berpengaruh pada kadar sitokin (IL-17 dan IL-23) akibat infeksi bakteri ekstraseluler. Pemberian PSK akibat infeksi K. pneumoniae dan S. aureus meningkatkan kadar IL-17. Pemberian PSK sebelum dan sesudah infeksi K. pneumoniae meningkatkan kadar IL-23. Pemberian PSK sesudah infeksi P. aeruginosa meningkatkan kadar IL-17. Pemberian PSK sebelum, serta sebelum dan sesudah infeksi P. aeruginosa meningkatkan kadar IL-23. Pemberian PSK sebelum infeksi S. aureus meningkatkan kadar IL-23. (5) Perbedaan waktu pemberian PSK meningkatkan titer antibodi akibat infeksi K. pneumoniae dan P. aeruginosa, tetapi menurunkan titer antibodi akibat infeksi S. aureus
Catatan Bibliograf Hlm 50-51
Bentuk Karya Tidak ada kode yang sesuai
Target Pembaca Tidak ada kode yang sesuai

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00000221829 CB[G]-D13/2015-151 Dapat dipinjam DISPERPUSIP JATIM - Ruang Deposit Tersedia
00000241488 CB[G]-D13/2016-178 Baca di tempat DISPERPUSIP JATIM - Ruang Deposit Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000012566
005 20170526021930
008 170526################|##########|#|##
035 # # $a 0010-031600000000359
040 # # $a JIPDSUR
041 # # $a Ind
043 # # $a a-io--ji
082 # # $a 572.566 072
084 # # $a CB[G]-D13/2016-178
090 # # $a CB[G]-D13/2015-151
100 # # $a Sri Puji Astuti Wahyuningsih
245 1 # $a Imunomodulator polisakarida krestin dari ekstrak coriolus versicolor pada infeksi bakteri ekstraseluler dan intraseluler : $b laporan akhir penelitian unggulan perguruan tinggi tahun anggaran 2015 /$c Dr. Sri Puji Astuti Wahyuningsih Dra., M.Si., Win Darmanto., Dra. Listiyani Suhargo Dra, M.Si
260 # # $a Surabaya :$b Lembaga Penelitian dan Inovasi Universitas Airlangga,$c 2016
300 # # $a ix, 95 hlm. : $b ilus. ; $c 29 cm.
504 # # $a Bibliograf Hlm 50-51
520 # # $a Imunomodulator merupakan bahan yang dapat memperbaiki fungsi komponen sistem imun dan menekan sistem imun bila fungsinya berlebihan. Salah satu bahan yang berpotensi sebagai imunomodulator adalah jamur kayu C. vsrsicolor. Jamur tersebut mengandung bahan aktif yang tersusun dari polisakarida terikat protein yang dikenal sebagai polisakarida krestin (PSK). Tujuan khusus tahun pertama adalah mengkaji aktivitas polisakarida krestin yang dilihat dari respon imun non spesifik dan spesifik diinfeksi 3 bakteri ekstraseluler (Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa). Mencit diinfeksi bakteri ekstraseluler untuk mencari mekanisme penurunan imunitas atau hipersensitivitas. Pemberian PSK pada mencit sebelum dan atau setelah infeksi bakteri ekstraseluler diharapkan mampu mengembalikan, memperkuat atau regulator respon imun. Hewan coba adalah mencit betina, strain Balb/C, umur 6-8 minggu. Ada 6 kelompok perlakuan: 1) kontrol, 2) kontrol positif, 3) kontrol negatif, 4) PSK diberikan sebelum infeksi, 5) PSK diberikan sesudah infeksi, dan 6) PSK diberikan sebelum dan sesudah infeksi. PSK diberikan selama 7 hari secara gavage. Infeksi bakteri ekstraseluler dilakukan 2 kali dengan selang waktu 2 minggu. Satu minggu setelah perlakuan terakhir diukur berat organ penting (hati, limpa, dan paru-paru), kondisi respon imun non spesifik, dan spesifik baik respon imun seluler maupun humoral. Parameter respon imun non spesifik adalah jumlah leukosit dan fagosit, aktivitas fagositosis. Parameter respon imun spesifik adalah titer antibodi dan konsentrasi sitokin (IL-17 dan IL-23) Data dianalisis dengan Anava dan jika ada perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan pada a = 5%. Hasil penelitian adalah (1) perbedaan waktu pemberian PSK tidak berpengaruh pada berat hati, limpa dan paru-paru akibat infeksi bakteri ekstraseluler. (2) Perbedaan waktu pemberian PSK tidak berpengaruh pada jumlah leukosit dan fagosit akibat infeksi bakteri ekstraseluler. Pemberian PSK tanpa infeksi meningkatkan jumlah fagosit. (3) Perbedaan waktu pemberian PSK berpengaruh pada aktivitas fagositosis akibat infeksi bakteri ekstraseluler. Pemberian PSK sebelum atau sesudah infeksi K. pneumoniae meningkatkan aktivitas fagositosis. Pemberian PSK sebelum dan sesudah infeksi P. aeruginosa meningkatkan aktivitas fagositosis. Pemberian PSK sesudah, serta sebelum dan sesudah infeksi S. aureus meningkatkan aktivitas fagositosis. (4) Perbedaan waktu pemberian PSK berpengaruh pada kadar sitokin (IL-17 dan IL-23) akibat infeksi bakteri ekstraseluler. Pemberian PSK akibat infeksi K. pneumoniae dan S. aureus meningkatkan kadar IL-17. Pemberian PSK sebelum dan sesudah infeksi K. pneumoniae meningkatkan kadar IL-23. Pemberian PSK sesudah infeksi P. aeruginosa meningkatkan kadar IL-17. Pemberian PSK sebelum, serta sebelum dan sesudah infeksi P. aeruginosa meningkatkan kadar IL-23. Pemberian PSK sebelum infeksi S. aureus meningkatkan kadar IL-23. (5) Perbedaan waktu pemberian PSK meningkatkan titer antibodi akibat infeksi K. pneumoniae dan P. aeruginosa, tetapi menurunkan titer antibodi akibat infeksi S. aureus
521 # # $a Masyarakat Umum
650 # # $a JAMUR
710 # # $a Win Darmanto
850 # # $a JIPDSUR
852 # # $a JIPDSUR
990 # # $a 23165-2016
990 # # $a DPK5393
999 # # $a CB[G]-D13/2016-178
Content Unduh katalog