
Judul | Memelihara Harmoni dalam Keragaman "Diaspora Orang-Orang Bugis-Makasar di Pulau Bali : laporan akhir penelitian unggulan perguruan tinggi tahun anggaran 2015 // Johny Alfian Khusyairi, S.Sos.,M.A,Dr. Abd.Latif, M.Hum., Samidi, S.S.,M.A |
Pengarang | Johny Alfian Khusyairi Samidi Abd. Latif |
Penerbitan | Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga, 2015 |
Deskripsi Fisik | ix, 139 lbr. :ilus. ;30 cm. |
Subjek | BUGIS (MAKASAR) PENELITIAN HUBUNGAN ANTAR ETNIS |
Abstrak | "Kegisi Monro Sore LopiE, Kositu Tomallabu Sengereng" [Di Mana Perahu Terdampar, Di Sanalah Kehidupan Ditegakkan] (Kesuma, 2004:137). Kalimat tersebut adalah salah satu filosofi hidup orang-orang Bugis-Makassar yang melakukan pelayaran mengarungi lautan, mencari daratan untuk penghidupan baru. Orang-orang Bugis Makassar adalah salah satu bangsa penjelajah sekaligus perantau ulung yang tersebar ke berbagai daerah di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara lainnya. Pulau Bali juga menjadi tujuan diaspora orang-orang Bugis-Makassar. Mereka dapat dijumpai di daerah-daerah pesisir seperti Buleleng, Celukanbawang, Gondol, Sumberkima, Tanjung Benoa, Nusa Penida, dan lain-lain. Kehadiran mereka di pulau ini diperkirakan telah ada sejak pertengahan abad XVII. Kehadiran mereka dapat diketahui dari sumber-sumber lisan maupun tulisan seperti ceritra rakyat, babad, dan toponimi kampung. Selain itu, terdapat tinggalan- tinggalan arkeologis berupa makam-makam Bugis dengan nisan yang berangka tahun sudah sangat tua. Selain itu, terdapat juga mesjid yang masih menyisakan kekunoannya. Terdapat paling tidak dua alasan mengapa orang-orang Bugis- Makassar melakukan diaspora, yakni persoalan politik dan ekonomi. Persoalan politik berkaitan dengan kekalahan Makassar dan sekutunya dalam melawan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang diakhiri dengan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya (Cappaya Bongaya) pada tahun 1667/1669. Mereka yang tidak setuju dengan perjanjian tersebut memilih untuk meninggalkan Sulawesi Selatan dan menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. Persoalan politik kedua adalah kekacauan di Sulawesi Selatan akibat terjadinya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Sementara itu, motif ekonomi adalah aktivitas pelayaran dan perdagangan yang jauh sebelum kekalahan Makassar sudah menjadi tradisi masyarakat Bugis-Makassar. Sebagai salah satu etnis yang memiliki adat-istiadat dan tradisi yang kuat, orang-orang Bugis Makassar membawa serta kebiasaan-kebiasaan mereka dalam perantauan. Beberapa identitas, tradisi, dan kebiasaan yang masih dapat dijaga ketika melakukan migrasi ke Pulau Bali, yakni: (1) orang-orang Bugis-Makassar tetap mampu menjaga ke-Islam-an mereka. Oleh karena itu, di kampung-kampung Bugis berdiri mesjid yang megah dengan berbagai aktivitasnya; (2) sebagian masyarakat Bugis-Makassar masih mempertahankan tata cara pernikahan dengan adat Bugis- Makassar; (3) di beberapa tempat, kuliner khas Bugis-Makassar seperti burasa, doko-doko, lemmang dan lain-lain masih dibuat terutama pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Namun demikian, terdapat identitas yang mulai hilang, antara lain bahasa Bugis-Makassar dan bentuk rumah. Rumah Bugis-Makassar dalam jumlah yang banyak misalnya, saat ini hanya dapat ditemui di Desa Sumberkima Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, sedangkan di perkampungan Bugis-Makassar lainnya sudah hilang. Selain itu, terdapat beberapa tradisi yang mengalami percampuran. Dalam bidang kesenian misalnya, percampuran tersebut terjadi di Kampung Loloan, yakni antara seni rebana dan silat Bugis yang banyak berakulturasi dengan seni Jegog, bahkan kesenian Kendang Mebarung mengambil bentuk kendang yang mirip dengan bentuk bedug. |
Catatan | Bibliografi: hlm.131-137 |
No Barcode | No. Panggil | Akses | Lokasi | Ketersediaan |
---|---|---|---|---|
00000221764 | CB[G]-D13/2015-20 | Baca di tempat | DISPERPUSIP JATIM - Ruang Deposit | Tersedia |
Tag | Ind1 | Ind2 | Isi |
001 | INLIS000000000012518 | ||
005 | 20160331183107.0 | ||
006 | |||
007 | |||
008 | |||
035 | 0010-031600000000311 | ||
040 | # | # | $aJIPDSUR |
082 | 0 | 4 | $a 302.209 598 47 $2 [23] |
090 | # | # | $a CB[G]-D13/2015-20 |
100 | 0 | # | $a Johny Alfian Khusyairi |
245 | 1 | 0 | $a Memelihara Harmoni dalam Keragaman "Diaspora Orang-Orang Bugis-Makasar di Pulau Bali : $b laporan akhir penelitian unggulan perguruan tinggi tahun anggaran 2015 // $c Johny Alfian Khusyairi, S.Sos.,M.A,Dr. Abd.Latif, M.Hum., Samidi, S.S.,M.A |
260 | # | # | $a Surabaya: $b Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga, $c 2015 |
300 | # | # | $a ix, 139 lbr. : $b ilus. ; $c 30 cm. |
504 | # | # | $a Bibliografi: hlm.131-137 |
520 | # | # | $a "Kegisi Monro Sore LopiE, Kositu Tomallabu Sengereng" [Di Mana Perahu Terdampar, Di Sanalah Kehidupan Ditegakkan] (Kesuma, 2004:137). Kalimat tersebut adalah salah satu filosofi hidup orang-orang Bugis-Makassar yang melakukan pelayaran mengarungi lautan, mencari daratan untuk penghidupan baru. Orang-orang Bugis Makassar adalah salah satu bangsa penjelajah sekaligus perantau ulung yang tersebar ke berbagai daerah di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara lainnya. Pulau Bali juga menjadi tujuan diaspora orang-orang Bugis-Makassar. Mereka dapat dijumpai di daerah-daerah pesisir seperti Buleleng, Celukanbawang, Gondol, Sumberkima, Tanjung Benoa, Nusa Penida, dan lain-lain. Kehadiran mereka di pulau ini diperkirakan telah ada sejak pertengahan abad XVII. Kehadiran mereka dapat diketahui dari sumber-sumber lisan maupun tulisan seperti ceritra rakyat, babad, dan toponimi kampung. Selain itu, terdapat tinggalan- tinggalan arkeologis berupa makam-makam Bugis dengan nisan yang berangka tahun sudah sangat tua. Selain itu, terdapat juga mesjid yang masih menyisakan kekunoannya. Terdapat paling tidak dua alasan mengapa orang-orang Bugis- Makassar melakukan diaspora, yakni persoalan politik dan ekonomi. Persoalan politik berkaitan dengan kekalahan Makassar dan sekutunya dalam melawan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang diakhiri dengan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya (Cappaya Bongaya) pada tahun 1667/1669. Mereka yang tidak setuju dengan perjanjian tersebut memilih untuk meninggalkan Sulawesi Selatan dan menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. Persoalan politik kedua adalah kekacauan di Sulawesi Selatan akibat terjadinya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Sementara itu, motif ekonomi adalah aktivitas pelayaran dan perdagangan yang jauh sebelum kekalahan Makassar sudah menjadi tradisi masyarakat Bugis-Makassar. Sebagai salah satu etnis yang memiliki adat-istiadat dan tradisi yang kuat, orang-orang Bugis Makassar membawa serta kebiasaan-kebiasaan mereka dalam perantauan. Beberapa identitas, tradisi, dan kebiasaan yang masih dapat dijaga ketika melakukan migrasi ke Pulau Bali, yakni: (1) orang-orang Bugis-Makassar tetap mampu menjaga ke-Islam-an mereka. Oleh karena itu, di kampung-kampung Bugis berdiri mesjid yang megah dengan berbagai aktivitasnya; (2) sebagian masyarakat Bugis-Makassar masih mempertahankan tata cara pernikahan dengan adat Bugis- Makassar; (3) di beberapa tempat, kuliner khas Bugis-Makassar seperti burasa, doko-doko, lemmang dan lain-lain masih dibuat terutama pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Namun demikian, terdapat identitas yang mulai hilang, antara lain bahasa Bugis-Makassar dan bentuk rumah. Rumah Bugis-Makassar dalam jumlah yang banyak misalnya, saat ini hanya dapat ditemui di Desa Sumberkima Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, sedangkan di perkampungan Bugis-Makassar lainnya sudah hilang. Selain itu, terdapat beberapa tradisi yang mengalami percampuran. Dalam bidang kesenian misalnya, percampuran tersebut terjadi di Kampung Loloan, yakni antara seni rebana dan silat Bugis yang banyak berakulturasi dengan seni Jegog, bahkan kesenian Kendang Mebarung mengambil bentuk kendang yang mirip dengan bentuk bedug. |
650 | # | 4 | $a BUGIS (MAKASAR) $x HUBUNGAN ANTAR ETNIS $v PENELITIAN |
700 | # | # | $a Abd. Latif |
700 | # | 0 | $a Samidi |
850 | # | # | $aJIPDSUR |
990 | # | # | $a 23031-2016 |
999 | # | # | $a CB[G]-D13/2015-20/23031-2016 |
Content Unduh katalog
Karya Terkait :