Cite This        Tampung        Export Record
Judul Menjadi Jawa : orang-orang Tionghoa dan kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-1998/ Dr. Rustopo, S.Kar.,M.S.
Pengarang RUSTOPO 1952-
EDISI Cet. 1
Penerbitan Yogyakarta : Ombak, 2007
Deskripsi Fisik xxii, 419 hlm. :ilus. ; Sc 21 cm
ISBN 979-3472-75-8
Subjek KEBUDAYAAN - JAWA
Abstrak Tentang Buku Ini Peristiwa kerusuhan Mei 1998 menjadi momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat etnis Tionghoa di Kota Surakarta, yang rumahnya, tokonya, tempat usahanya dirusak, dijarah, dan dibakar oleh para perusuh. Nilai kerugian fisik yang sebagian besar disandang oleh orang-orang Tiong¬hoa mencapai miliaran rupiah. Itu belum termasuk trauma kejiwaan yang diderita oleh orang-orang Tionghoa korban kerusuhan itu hingga kini. Hal yang lebih menyedihkan adalah, bahwa mereka sama sekali tidak memperoleh keadilan. Masalah tersebut dianggap kriminal murni yang dilakukan secara spontan oleh massa, sehingga sulit untuk menentukan siapa tersangkanya. Artinya, peristiwa Mei 1998 itu merupakan satu di antara kerusuhan-kerusuhan yang pernah mcnimpa masyarakat Tionghoa di Surakarta dan di kota-kota lain di Indonesia, yang tidak pernah mem¬peroleh penyelesaian hukum dari pemerintah ataupun penegak hukum dan keadilan di Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta merupakan ekspresi ketidaksenangan masyarakat pribumi terhadap masyarakat Tionghoa. Citra orang-orang Tionghoa dalam pandangan masyarakat pribumi adalah negatif. Banyak sekali stereotip negatif untuk orang Tionghoa menurut pandangan masya-rakat pribumi Jawa, yang turun-temurun dari zaman ke zaman. Di antaranya orang-orang Tionghoa dianggap sebagai 'pemberontak' yang mengakibatkan hancurnya Ibu Kota Kerajaan Mataram di Kartasura (1742—1743). Dalam Perang Jawa (1825— 1830) orang-orang Tionghoa dianggap itu baru terjadi setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Penjelasan lebih lengkap tentang istilah Cina dan Tionghoa, lihat Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang (Depok: Komunitas Bambu, 2005).
[Jawaneka (43)]
Catatan Indeks
Bibliografi : hlm. 345-371
Bahasa Indonesia

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
12201100219 305.899 22 RUS m Baca di tempat DISPERPUSIP JATIM - Ruang Deposit Tersedia
12201100220 305.899 22 RUS m Baca di tempat DISPERPUSIP JATIM - Ruang Deposit Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 JATIM-12110000000079
005 20160928104959.0
006
007
008 ind
020 # # $a 979-3472-75-8
035 0010-121100000000079
040 # # $a JIPDSUR
082 # # $a 305.899 22 $2 [22]
084 # # $a 305.899 22 RUS m
090 # # $a CB-D11/2007-270[43]
100 # # $a RUSTOPO $d 1952-
245 # # $a Menjadi Jawa : $b orang-orang Tionghoa dan kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-1998/ $c Dr. Rustopo, S.Kar.,M.S.
250 # # $a Cet. 1
260 # # $a Yogyakarta : $b Ombak, $c 2007
300 # # $a xxii, 419 hlm. : $b ilus. ; Sc 21 cm
500 # # $a Indeks
504 # # $a Bibliografi : hlm. 345-371
520 # # $a Tentang Buku Ini Peristiwa kerusuhan Mei 1998 menjadi momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat etnis Tionghoa di Kota Surakarta, yang rumahnya, tokonya, tempat usahanya dirusak, dijarah, dan dibakar oleh para perusuh. Nilai kerugian fisik yang sebagian besar disandang oleh orang-orang Tiong¬hoa mencapai miliaran rupiah. Itu belum termasuk trauma kejiwaan yang diderita oleh orang-orang Tionghoa korban kerusuhan itu hingga kini. Hal yang lebih menyedihkan adalah, bahwa mereka sama sekali tidak memperoleh keadilan. Masalah tersebut dianggap kriminal murni yang dilakukan secara spontan oleh massa, sehingga sulit untuk menentukan siapa tersangkanya. Artinya, peristiwa Mei 1998 itu merupakan satu di antara kerusuhan-kerusuhan yang pernah mcnimpa masyarakat Tionghoa di Surakarta dan di kota-kota lain di Indonesia, yang tidak pernah mem¬peroleh penyelesaian hukum dari pemerintah ataupun penegak hukum dan keadilan di Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta merupakan ekspresi ketidaksenangan masyarakat pribumi terhadap masyarakat Tionghoa. Citra orang-orang Tionghoa dalam pandangan masyarakat pribumi adalah negatif. Banyak sekali stereotip negatif untuk orang Tionghoa menurut pandangan masya-rakat pribumi Jawa, yang turun-temurun dari zaman ke zaman. Di antaranya orang-orang Tionghoa dianggap sebagai 'pemberontak' yang mengakibatkan hancurnya Ibu Kota Kerajaan Mataram di Kartasura (1742—1743). Dalam Perang Jawa (1825— 1830) orang-orang Tionghoa dianggap itu baru terjadi setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Penjelasan lebih lengkap tentang istilah Cina dan Tionghoa, lihat Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang (Depok: Komunitas Bambu, 2005).
520 # # $a [Jawaneka (43)]
521 # # $a Untuk masyarakat Jawa
650 # # $a KEBUDAYAAN - JAWA
850 # # $a JIPDSUR
852 # # $a JIPDSUR
990 # # $a 356.419/BPK/P/2011
999 # # $a CB-D11/2007-270/23754-2016
Content Unduh katalog