Cite This        Tampung        Export Record
Judul Tradisi melaut nelayan dan perubahannya : studi di pulau Banggai Sulawesi Tengah / Steven Sumolang
Pengarang Sumolang, Steven (penulis)
EDISI Cetakan pertama,Juli 2016
Penerbitan [Yogyakarta] : Amara Books, 2016
©2016, Amara Books
Deskripsi Fisik xii, 149 halaman :ilustrasi ;23 cm
Konten teks
Media tanpa perantara
Penyimpan Media volume
ISBN 978-602-8783-91-0
Subjek Ikan, penangkapan
Orang Banggai-- Kehidupan sosial dan adat-istiadat
Sulawesi Tengah-- Kehidupan sosial dan adat istiadat
Abstrak Masyarakat nelayan Pulau Banggai di Kabupaten Banggai Laut Sulawesi Tengah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, mengalami kondisi perubahan akibat kebutuhan ekonomi masyarakat yang makin meningkat. Tadinya nelayan setempat lebih mengandalkan pada peralatan nelayan yang tradisional, sekarang telah masuk teknologi nelayan yang lebih modern. Pemerintahpun berupaya merubah pola pencaharian masyarakat nelayan dengan memberikan bantuan-bantuan usaha nelayan, pendampingan, penyuluhan, pelatihan, sehingga pemerintah pada satu pihak sebagai agen perubahan besar bagi masyarakat nelayan di Pulau Banggai. Perubahan dan adaptasi nelayan di Tinakin Laut yang diawali mayoritas dihuni etnik Bajo, dengan modernisasi peralatan menangkap ikan dengan adanya ketinting pada tahun 1980. Tindakan modernisasi tetap tidak meninggalkan makna identitas Bajo, seperti rumah perahu Bajo ke rumah panggung di air, kemudian perahu Bajo seperti lepa, berubah ke perahu bolotu yang sesuai dengan keterampilan melaut orang Bajo. Perahu bolotu memiliki daya jelajah yang cukup jauh, mampu menerobos gelombang laut, dan kecepatannya. Orang Bajo identik dengan jagoan di laut. Orang Bajo bukan pedagang tetapi pelaut yang memasok bahan baku yang bisa diandalkan, di Tinakin laut peran penampung dipegang oleh orang Bugis, Buton, Jawa, dan Cina. Hasil laut yang disediakan nelayan Bajo dengan kemampuan melautnya diminati oleh para pedagang. Relasi nelayan dengan pengusaha dan masuk ke dunia pasar, menyebabkan hubungan patron-klien yang membuat relasi tersebut diarahkan oleh pemilik modal untuk memenuhi keinginan dan standart pengusaha. Mengakibatkan nelayan mengeksploitasi sumber daya laut secara berlebihan, memunculkan perilaku babon, babius, dan illegal fishing lainnya.
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Bukan fiksi atau tidak didefinisikan

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00000317671 639.209 259 844 SUM t Baca di tempat DISPERPUSIP JATIM - Ruang Koleksi Budaya Etnis Nusantara Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000977991
005 20240619125329
006 aa 000 0
007 ta
008 230906s2022 yoia 000 0 ind
020 # # $a 978-602-8783-91-0
035 # # $a 0010-0624000159
040 # # $a JIPDSUR$b ind$e rda
041 # # $a ind
043 # # $a a-io-nt
082 0 4 $a 639.209 259 844$2 [23]
084 # # $a 639.209 259 844 SUM t
100 3 # $a Sumolang, Steven$e penulis
245 0 0 $a Tradisi melaut nelayan dan perubahannya : $b studi di pulau Banggai Sulawesi Tengah /$c Steven Sumolang
250 # # $a Cetakan pertama,$b Juli 2016
264 # 1 $a [Yogyakarta] :$b Amara Books,$c 2016
264 # # $a ©2016, Amara Books
300 # # $a xii, 149 halaman : $b ilustrasi ; $c 23 cm
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 # # $a Masyarakat nelayan Pulau Banggai di Kabupaten Banggai Laut Sulawesi Tengah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, mengalami kondisi perubahan akibat kebutuhan ekonomi masyarakat yang makin meningkat. Tadinya nelayan setempat lebih mengandalkan pada peralatan nelayan yang tradisional, sekarang telah masuk teknologi nelayan yang lebih modern. Pemerintahpun berupaya merubah pola pencaharian masyarakat nelayan dengan memberikan bantuan-bantuan usaha nelayan, pendampingan, penyuluhan, pelatihan, sehingga pemerintah pada satu pihak sebagai agen perubahan besar bagi masyarakat nelayan di Pulau Banggai. Perubahan dan adaptasi nelayan di Tinakin Laut yang diawali mayoritas dihuni etnik Bajo, dengan modernisasi peralatan menangkap ikan dengan adanya ketinting pada tahun 1980. Tindakan modernisasi tetap tidak meninggalkan makna identitas Bajo, seperti rumah perahu Bajo ke rumah panggung di air, kemudian perahu Bajo seperti lepa, berubah ke perahu bolotu yang sesuai dengan keterampilan melaut orang Bajo. Perahu bolotu memiliki daya jelajah yang cukup jauh, mampu menerobos gelombang laut, dan kecepatannya. Orang Bajo identik dengan jagoan di laut. Orang Bajo bukan pedagang tetapi pelaut yang memasok bahan baku yang bisa diandalkan, di Tinakin laut peran penampung dipegang oleh orang Bugis, Buton, Jawa, dan Cina. Hasil laut yang disediakan nelayan Bajo dengan kemampuan melautnya diminati oleh para pedagang. Relasi nelayan dengan pengusaha dan masuk ke dunia pasar, menyebabkan hubungan patron-klien yang membuat relasi tersebut diarahkan oleh pemilik modal untuk memenuhi keinginan dan standart pengusaha. Mengakibatkan nelayan mengeksploitasi sumber daya laut secara berlebihan, memunculkan perilaku babon, babius, dan illegal fishing lainnya.
650 # 4 $a Ikan, penangkapan
650 # 4 $a Orang Banggai--$x Kehidupan sosial dan adat-istiadat
651 # 4 $a Sulawesi Tengah--$x Kehidupan sosial dan adat istiadat
850 # # $a JIPDSUR
852 # # $a JIPDSUR
Content Unduh katalog